Langsung ke konten utama

Pengalaman Baru di PEMILU 2020 dan Bagaimana Pendapatku tentang GOLPUT??

 Pengalaman Baru di PEMILU 2020






"Pemilihan Umum, selanjutnya disingkat Pemilu, adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945."

Di tahun 2020 yang penuh dengan kejutan ini, Indonesia kembali menyelenggarakan 'pesta demokrasi' di 207 Kota-Kabupaten-Provinsi di seluruh Indonesia, dari Sabang sampai Merauke untuk memilih calon kepala daerah baru, baik Bupati, Walikota, maupun Gubernur. Dan diantara 207 wilayah tersebut, Kalimantan Tengah merupakan salah satu Provinsi yang ikut 'berpesta' di tengah wabah Covid-19 yang belum jua mereda ini. Sebelum tanggal 9 Desember kemarin, kita semua pasti tahu bagaimana pro-kontra penyelenggaraan Pemilu 2020 ini diperdebatkan hampir di semua media informasi dari mulai televisi hingga kanal berita online. Banyak orang meragukan sekaligus mengkhawatirkan dengan penyelenggaraan Pemilu di tengah wabah justru akan memperburuk keadaan. Tetapi di lain sisi, pakar-pakar politik maupun pemerintah ternyata memiliki pandangan yang berbeda. "Dengan tetap menegakan protokol kesehatan" Ya, pada kalimat terampuh di tahun 2020 itu pada akhirnya membawa kita semua pada keputusan bahwa Pemilu 2020 tetap diselenggarakan dengan segenap risiko yang menyertainya.

Dan, bukan hanya karna di tengah pandemi saja yang membuat Pemilu kali ini menjadi pengalaman yang berbeda , terutama untuk ku pribadi. Bukan, bukan karna Pemillu ini adalah Pemilu pertama ku mengeluarkan hak suara, karena terhitung kali ini adalah Pemilu ketiga kalinya aku ikut menyumbangkan suara dan hak pilih sebagai warga negara untuk turut menetukan masa depan bangsa lima tahun kedepan . Ya , tahun ini menjadi berbeda karena aku ikut ambil bagian sebagai anggota KPPS di TPS tempat ku tinggal yaitu di Desa Sumber Agung, Kecamatan Pangkalan Lada, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. 

Dan karna pengalaman baru ini rasanya sangat berkesan untuk ku
maka aku putuskan untuk memuatnya disini. Aku akan mulai dari 

Alasan Mengapa aku memutuskan untuk mendaftarkan diri menjadi KPPS ?

1. Timing yang tepat. Aktivitas kuliah daring dari rumah selama pandemi ini tentu saja membuat efek rasa jenuh yang tak berkesudahan . Aku merasa bahwa aku perlu untuk melakukan hal lain diluar dari perkuliahan. Dan ya, salah seorang teman mama menawarkan aku untuk ikut serta dalam pemilu tahun ini sebagai KPPS , agar ada regenerasi katanya. Aku pun setuju, kupikir kapan lagi kesempatan ini akan datang, mumpung aku berada di rumah, karna jika pemilu 2-3 tahun lagi mungkin aku tidak akan bisa ikut menjadi panitia karna mungkin aku sudah berada di luar pulau untuk kuliah atau mungkin aku sudah mulai bekerja. Jadi, kenapa tidak aku coba mendaftarkan diri dulu sajaa? toh tidak ada salahnya. Dan yaa, alhamdulillah aku diterima dan telah selesai melaksanakan tugas di hari Rabu 9 Desember 2020 kemarin di TPS 008 

2.  Untuk Mendapat Pengalaman Baru. Sebagai seorang mahasiswa di usia yang relatif masih muda dan  rasanya waktu ku akan percuma jika tidak kumanfaatkan untuk mencoba hal-hal baru terlebih lagi untuk aku yang tergolong introvert , perlu sedikit usaha lebih untuk bersosialisasi dengan orang banyak, dan apalagi jika memang ada kesempatan untuk mencoba, so why not? Dan ya benar saja , banyak sekali hal yang aku pelajari terutama bagaimana sistem pemilu itu berjalan, aku juga jadi lebih mengenal tetangga-tetangga ku (please pardon me, i'm introvert and i'm more comfortable to just stay at home than playing around with my neighbours or etc. and plus, since i studied on Senior High School till now, i went wandering, so i don't really knew about them, just knew their nickname not full name even their actually address), yang pasti ini  akan menjadi salah satu pengalaman yang berharga. Oh ya , dengan keikutsertaan ku sebagai panitia ini juga aku dapat melihat secara langsung bagaimana dan sejauh apa masyarakat patuh pada aturan dan anjuran dari pemerintah tentang protokol kesehatan. #PEMILU2020DANRAPIDTESTPERTAMAKUU!!!!


- - - - - - - - - -  disclaimer - - - - - - - - - 

apa yang akan aku sampaikan dibawah nanti adalah pure pendapatku sebagai warga negara yang melihat realitas mengenai hal-hal yang terjadi di sekelilingku. Pendapatku bisa benar pun bisa salah, dan jika pendapatku berbeda dengan pendapatmu terkait masalah ini silakan beri komentar untuk kita berdiskusi :)) Terima Kasih


Bagaimana Pendapatku tentang GOLPUT ?


GOLPUT adalah akronim dari Golongan Putih. Biasa diasosiasikan untuk orang-orang yang memilih untuk tidak memberikan hak suaranya pada Pemilihan Umum. 

Lalu apakah itu salah ?
Setiap mendekati Pemilu pasti kita akan sering mendengar tagline "Ayo Ke TPS, Jangan GOLPUT bla..bla...blaa" Dulu , sewaktu aku masih menjadi pemilih pemula aku pun tergolong orang yang ikut berpendapat demikian ; golput itu tidak baik, tidak ikut menentukan masa depan bangsa dll. Tapi semakin dewasa, semakin aku belajar dan memahami bagaimana kompleksitas pemikiran manusia terhadap memilih sesuatu hal terlebih dalam memilih calon pemimpin, dengan seobrok permasalahan entah negara , provinsi,kota, bahkan desa bukanlah menjadi hal yang mudah untuk menentukan hitam - putihnya. Aku justru berkembang dan mendewasa menjadi 'pro' dengan GOLPUT.

Kita tidak bisa semata-mata menghakimi pilihan seseorang untuk GOLPUT , karna semua pemikiran, pendapat, dan pilihan pasti ada dasarnya, pasti ada penyebabnya. Dan itulah yanng aku alami dan rasakan. Kita melakukan Pemilu pasti dengan tujuan memilih calon pemimpin yang terbaik dari baik. Tetapi tidak jarang apa yang hadir di atas panggung adalah pilihan yang paling tidak buruk dari semua yang buruk. Kontestasi politik berdasarkan sentimental pribadi, dendam masa lalu, persaingan bisnis, fitnah-memfitnah, tidak kah semua itu memuakan ? Yang ditawarkan bukan keunggulan visi-misi tetapi tak ayal adalah kekurangan - kegagalan si lawan. Sampai sini bisa mulai menyimpulkan maksud ku kan?

intinya apakah GOLPUT itu salah menurutku tidak, apalagi jika disebabkan alasan yang masuk akal. Toh nyatanya GOLPUT sendiri diatur dalam Undang-Undang dan Putusan MK yang berbunyi kurang lebih sebagai berikut :   

“Hak memilih merupakan hak warga negara yang bebas menentukan pilihan tanpa tekanan. Memilih bukanlah kewajiban karena justru akan memaksa warga negara dan melanggar Hak Asasi Warga Negara”


Putusan Mahkamah Konstitusi No: 39/PUU-XII/2014.


Tapi, walaupun aku sah-sah saja dengan GOLPUT, tetapi aku menyarankan, berGOLPUTlah dengan cerdas, tetap datang ke TPS, setidaknya rusak surat suara. Jangan biarkan surat suara tersisa dan berpotensi disalahgunakan oleh oknum-oknum berkepentingan.


terakhir, yang aku setujui adalah Golongan Putih, bukan Golongan Pencari Uang Tunai karna untuk yang ini aku jelas BIG NO, suaramu berharga tapi bukan untuk dibeli.










Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perlahan dan Puisi Lainnya

https://id.pinterest.com/pin/339951471885217465/ 1. perlahan ia pudar perlahan ia hambar perlahan ia jauh perlahan ia asing perlahan ia layu perlahan ia tumbang perlahan ia surut perlahan ia padam perlahan ia sepi  -lagi seperti sedia kala tanpa dan tiada hanya ada tanya tentang mengapa dan- apakah semua akan berujung sia-sia semata / https://id.pinterest.com/pin/1337074885052673/ 2. jarak yang diberikan oleh waktu meninggalkan tanya dalam kepalaku -bagaimana ? apakah ? oh, entahlah jarak di antara waktu, saat kau menghampiri lalu pergi aku hanya berdiam diri memastikan mentari masih bersinar walau kulitku tak merasa hangatnya dingin dan dingin dari malam semalam / https://id.pinterest.com/pin/844213892663524128/ 3. Jika Aan Mansyur berujar, puisi adalah museum yang lengang maka hari-hariku telah berubah menjadi puisi Namun sepanjang lengang hari ku, kau akan tetap kunanti,  -sebab Jika Sapardi bertanya, "tapi, yang fana adalah waktu bukan?" ku harap dapat menjawabnya dengan

Puisi Kabut, dan Dalam Dunia

1. Dalam Dunia Dalam dunia Riuh gemuruh, suara-suara bising melengking Candu beradu bak serdadu Kelam dalam diam yang suram Bingung linglung, merebah rasa lelah di malam kelam Berkisah rasa lara hingga lega,  Lupa pernah berjumpa Dulu selalu berjuang agar berpeluang Kini nurani ingin mendingin mati Siapa kira kita di antara samudera Berjelaga jiwa-jiwa hampa Sampai kini hati menanti Sampaikah langkah pada kisah yang indah 2. Kabut Dalam perjalanan mendaki Adakalanya kabut menghalangi jalan Kompas tak berfungsi Teman seperjalanan dehidrasi Lalu kita memaksa terus naik Yang ada justru lelah Perasaan hampir menyerah Seperti hilang arah Padahal kita tahu Yang perlu kita lakukan saat itu hanyalah Hanyalah berhenti, berpikir sejenak Melihat sekitar, berbagi minum bertukar haus dengan teman Memperbaiki kompas sebisanya Mengenal pertanda pertana Lalu mengambil langkah setapak bijaksana aem, 15 Juli 2023

Hobi Kok Jalan Kaki?!

      Satu kalimat pepatah Jawa yang sekarang aku percayai adalah "Trisno jalaran seko kulino" yang artinya  "Cinta datang karena terbiasa". Tapi jangan salah dulu, ini bukan cerita cinta ku terhadap seseorang, melainkan cerita cinta terhadap sebuah kegiatan sederhana, yap "jalan kaki" . Kalau mau dirunut dari jauh maka cerita cinta ini dimulai kurang lebih dari tahun 2015, tahun dimana aku baru masuk SMA. Tapi, karena aku tidak mau terlalu panjang lebar maka kita langsung loncat aja  ke tahun 2018. Tahun 2018 adalah tahun dimana hidup ku berubah, tahun dimana aku pergi jauh untuk merantau. Seperti banyak cerita kehidupan orang-oarang yang merantau dengan segala keterbatasan dan keperihatinan, maka itu juga aku alami. Salah satu keterbatasan yang aku alami adalah hidup tanpa kendaraan pribadi yang  mungkin untuk sebagian orang di zaman yang modern ini adalah sebuah mimpi buruk (hehe maaf kalau lebay) tapi untuk ku tidak ada pilihan lain, toh masih bersyuku