Satu kalimat pepatah Jawa yang sekarang aku percayai adalah "Trisno jalaran seko kulino" yang artinya "Cinta datang karena terbiasa". Tapi jangan salah dulu, ini bukan cerita cinta ku terhadap seseorang, melainkan cerita cinta terhadap sebuah kegiatan sederhana, yap "jalan kaki" . Kalau mau dirunut dari jauh maka cerita cinta ini dimulai kurang lebih dari tahun 2015, tahun dimana aku baru masuk SMA. Tapi, karena aku tidak mau terlalu panjang lebar maka kita langsung loncat aja ke tahun 2018. Tahun 2018 adalah tahun dimana hidup ku berubah, tahun dimana aku pergi jauh untuk merantau. Seperti banyak cerita kehidupan orang-oarang yang merantau dengan segala keterbatasan dan keperihatinan, maka itu juga aku alami. Salah satu keterbatasan yang aku alami adalah hidup tanpa kendaraan pribadi yang mungkin untuk sebagian orang di zaman yang modern ini adalah sebuah mimpi buruk (hehe maaf kalau lebay) tapi untuk ku tidak ada pilihan lain, toh masih bersyukur punya sepasang kaki yang lengkap dan sehat, "kenapa tidak dimaksimalkan pemberian dari Tuhan ini?" (loh kok kayak dialognya siapa gitu ya wkwkw) oke lanjut, walaupun di awal tadi aku bilang hidup tanpa kendaraan pribadi adalah keterbatasan, tapi kalau boleh jujur aku gak pernah keberatan menjalani hari-hari dan pergi kemanapun dengan 80% berjalan kaki , aku menikmati dan menganggapnya sebagai proses hidup yang harus dilewati dan itu adalah hal yang wajar, tidak ada yang spesial, dan bukan sesuatu yang bisa dibanggakan juga mungkin, mungkin.... sampai suatu saat entah kapan pastinya rasa bangga dan jatuh cinta terhadap berjalan kaki itu muncul.
Kalau gak ada pandemi dan kuliah online, maka kurang lebih 4 tahun merantau setiap harinya aku rayakan dengan berjalan kaki, entah sekedar keluar kost beli makan, berangkat kuliah, ke kost Eka, ke pasar, ke ADA, nekat jalan dari Gramedia Pandaranan sampai kost, atau dari Jl Thamrin sampai Imam Bonjol, bahkan sampai nyasar-nyasar di jalanan kota Semarang sampai satu kilometer di MT Haryono adalah cerita-cerita yang gak pernah bosan aku ceritakan. Mungkin kalau kalian lihat rute nya itu semua adalah hal-hal yang baisa aja gak menarik, tapi ya nyatanya aku jatuh cinta pada jalan kaki, mungkin memang karena terbiasa, tapi jauh daripada itu sebenarnya. Dengan berjalan kaki, kita bisa melihat sekitar dan jalan yang kita lalui lebih lama, banyak sudut dan sisi kota yang kalau dengan kendaraan bermotor gak terlihat jadi terlihat, bahasa kerennya sih berjalan kaki itu jadi momen kontemplasi diri, jadi banyak hal yang direnungkan pun disyukuri, entah gimana lagi aku menjelaskannya, pokoknya degan berjalan kaki seringkali jadi saat-saat terpanjang untuk diskusi dengan diri sendiri dan seringkali juga ide atau khayalan entah apapun itu muncul dalam kepala. Mungkin karena saking cintanya dengan berjalan kaki kadang aku bergumam dalam hati "udah nikmatin aja capenya, anggap aja ini latihan buat suatu saat nanti tinggal di Belanda atau New Zealand atau Singapore" HAHAHA.
Ya, begitulah cerita cintaku dengan jalan kaki yang membuatku bisa olahraga murah meriah wkwk, bisa jalan cepatt wwkwk, bisa berkontemplasi, dan yang paling seru adalah bisa menemukan hal-hal menarik seperti foto-foto di bawah ini (sebenernya masih banyak lagi foto yang menurutku bagus, hasil dari berjalan kaki, tapi repot nyari nya jadi ini ajalah yaa)
Foto pertama ini adalah foto yang ku ambil hari ini, siang tadi sepulang dari Microlibrary Warak Kayu awalanya aku jalan seperti biasa sepanjang trotoar, tapi tanpa sengaja aku membaca tulisan di jembatan dan ingat kalau tepat hari ini juga tanggal 19 Maret, ya ternyata 23 tahun yang lalu jembatan itu entah baru dibuat atau baru diresmikan. Ya mungkin memang bukan hal yang penting tapi coba kalau tidak dengan jalan kaki, mana mungkin aku tau kan kalau jembatan ini berulang tahun ? wkwkwk
Foto kedua ini aku ambil sekitar bulan Desember (kalau tidak salah) di area jogging track Undip sepulang dari laboratorium C-BIORE. Sejak hari pertama penelitian di Laboratorium C-BIORE yangmana setiap hari aku naik BRT dan dilanjut jalan kaki, aku selalu lewat jembatan ini dan jadi tau kalau ada tempat duduk nan asri, mungkin kalau aku naik motor (sebagai yg bukan mahasiswa undip) mungkin aku gak bakal memperhatikan tempat ini.
Foto ketiga ini diambil random aja sebenarnya, aku juga gak ingat pasti ini kapan dari dari mana, tapi momen yang lewat saat itu di depan mataku, menjadi bahan renungan. Lihat di baliho sana ada Ghozali everyday yang terkenal karena baru saja mendapat penghasilan sekian Millyar dari NFT ( bisa dibilang kaya mendadak) ya walaupun aku tau itu juga buah dari konsistensinya, tapi kemudian bapak pemulung ini lewat dengan gerobaknya ( tidak kalah bersusah payah juga pikir ku, tapi sebanyak apa penghasilan yang pernah dia dapat dan bawa pulang untuk keluarganya ?) . Aku tidak berpikir bahwa Tuhan tidak adil atas rezeki keduanya, tapi ya begitulah kenyataan hidup bukan, justru dengan melihat foto ini, aku yang mendengar berita tentang Ghozali dan dengan spontan "mengiri" jadi tertampar bahwa kondisi yang ada saat ini sebenarnya sangat bisa untuk disyukuri.
Mungkin itu saja yang mau aku bagikan kali ini, bahwa terkadang hal-hal sederhana yang kita jalani di sepanjang hidup kita ( dalam contoh ku berjalan kaki) bisa jadi adalah hal yang justru punya dampak besar yang membuat kita merasa "content" merasa "hidup"dan terus merasa bahagia dalam menghidupi setiap harinya. Apalgi hidup juga adalah sebuah perjalanan panjang yang harus dinikmati kan, seperti kata Sisir Tanah "Kita berjalan saja masih S'lalu berjalan. Meskipun kita tak kunjung, tau ujung jalan ini..."
Kalau gitu, hal sederhana apa yang membuat mu merasa "hidup" dan kapan kita bisa jalan-jalan keliling Semarang ? (jalan kaki ya tapi... wkwkw)
Komentar
Posting Komentar