Langsung ke konten utama

Gisa et Les Trous Gris. Gisa dan Lubang Abu-abu

Premiere : Berkenalan dengan Gisa

Sumber : Pinterest


Grise, abu-abu dalam bahasa Perancis. Abu-abu adalah warna kesukaan Gisa, seorang sarjana Sastra Perancis dari sebuah Perguruan Tinggi ternama di Ibu kota. Selaras dengan warna kesukaannya itu, hidup Gisa belakangan menyerupai warna kelabu, setidaknya itu lah yang ada di dalam benaknya sendiri. Merasa tidak memiliki tempat berbagi keluh-kesah dan selalu terbangun di pagi hari dengan rasa takut. Tak salah jika Gisa selalu menyamakan hidupnya dengan warna kelabu. Apakah kalian bisa bayangkan bagaimana menjadi Gisa?  

Pastilah sesak. Begitulah Gisa menjalani hidupnya, akhir-akhir ini, atau lebih tepatnya beberapa minggu ke belakang, saat dia baru benar-benar menyadari ada hal yang aneh pada dirinya. Namun, walaupun membawa rasa takut di kepala dan menimbun rasa sesak di dada, Gisa tidak pernah menampilkan luka itu secara nyata, setidaknya saat di tengah-tengah keluarga, teman, atau di mana pun kecuali saat dia sendirian. Hanya pada saat Gisa "berdua" dengan dirinya sendiri lah semua lukanya bisa tumpah dengan jujur entah dalam wujud marah atau lebih sering dalam wujud air mata.

Lahir dan tumbuh sebagai anak sulung, tanpa sadar telah menciptakan Gisa yang pandai dalam hal menyembunyikan rasa sakit, dia harus terlihat tidak apa-apa, tetap baik-baik saja, kuat dan penuh senyum di depan semua. Mungkin Gisa memang bukan sosok gadis yang periang, dia lebih sering dijumpai dan dikenal sebagai sosok gadis yang tenang, tidak banyak bicara, lebih suka mendengar,  pun mudah tersenyum dan tertawa, dengan perangai semacam itu bagaimana orang-orang di sekitarnya tahu bahwa jauh di dalam dirinya, ada luka yang coba dia tambal hari demi hari.

Jika melihat kehidupan Gisa dari kaca mata orang-orang di sekelilingnya, maka orang-orang tersebut akan mengatakan bahwa hidup Gisa mendekati sempurna. Lahir dari keluarga yang utuh, hangat, dan berkecukupan, dikelilingi oleh teman-teman yang supportif, memiliki sederet prestasi dari sejak sekolah dasar bahkan lulus dari studi Sastra Perancis dengan predikat Cum Laude. Terlebih lagi Gisa tidak sempat merasakan menjadi jobseeker seperti rekan-rekan freshgradute nya, Gisa sangat beruntung karena belum genap satu minggu dari hari wisudanya, dia langsung mendapatkan pekerjaan, memang bukan pekerjaan impiannya, tapi setidaknya kita bisa nilai betapa beruntungnya Gisa. Namun, itu hanya kaca mata orang awam yang melihat dan menilai, tapi bagi Gisa hidupnya tak semanis dan seberuntung itu, terutama apabila bicara perihal romansa. Tapi, bukan satu hal itu saja yang menjadi alasan kelabunya hidup Gisa, dia punya banyak lubang luka yang ditambal. Dan lubang-lubang itu akan Gisa ceritakan satu per satu di sini.....



a continué



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perlahan dan Puisi Lainnya

https://id.pinterest.com/pin/339951471885217465/ 1. perlahan ia pudar perlahan ia hambar perlahan ia jauh perlahan ia asing perlahan ia layu perlahan ia tumbang perlahan ia surut perlahan ia padam perlahan ia sepi  -lagi seperti sedia kala tanpa dan tiada hanya ada tanya tentang mengapa dan- apakah semua akan berujung sia-sia semata / https://id.pinterest.com/pin/1337074885052673/ 2. jarak yang diberikan oleh waktu meninggalkan tanya dalam kepalaku -bagaimana ? apakah ? oh, entahlah jarak di antara waktu, saat kau menghampiri lalu pergi aku hanya berdiam diri memastikan mentari masih bersinar walau kulitku tak merasa hangatnya dingin dan dingin dari malam semalam / https://id.pinterest.com/pin/844213892663524128/ 3. Jika Aan Mansyur berujar, puisi adalah museum yang lengang maka hari-hariku telah berubah menjadi puisi Namun sepanjang lengang hari ku, kau akan tetap kunanti,  -sebab Jika Sapardi bertanya, "tapi, yang fana adalah waktu bukan?" ku harap dapat menjawabnya dengan

Hobi Kok Jalan Kaki?!

      Satu kalimat pepatah Jawa yang sekarang aku percayai adalah "Trisno jalaran seko kulino" yang artinya  "Cinta datang karena terbiasa". Tapi jangan salah dulu, ini bukan cerita cinta ku terhadap seseorang, melainkan cerita cinta terhadap sebuah kegiatan sederhana, yap "jalan kaki" . Kalau mau dirunut dari jauh maka cerita cinta ini dimulai kurang lebih dari tahun 2015, tahun dimana aku baru masuk SMA. Tapi, karena aku tidak mau terlalu panjang lebar maka kita langsung loncat aja  ke tahun 2018. Tahun 2018 adalah tahun dimana hidup ku berubah, tahun dimana aku pergi jauh untuk merantau. Seperti banyak cerita kehidupan orang-oarang yang merantau dengan segala keterbatasan dan keperihatinan, maka itu juga aku alami. Salah satu keterbatasan yang aku alami adalah hidup tanpa kendaraan pribadi yang  mungkin untuk sebagian orang di zaman yang modern ini adalah sebuah mimpi buruk (hehe maaf kalau lebay) tapi untuk ku tidak ada pilihan lain, toh masih bersyuku

What A Day ! : Akhirnya Hadir Langsung di Event TEDTalk #TEDxUNDIP3.0

*it's me: wishing that someday and somehow can be a speaker in TEDTalk (manifesting) #fingercross* "Kalau kita punya keinginan, jangan cuma ada di kepala dan pikiran, coba untuk dituliskan" begitu kiranya apa yang dikatakan oleh A.Fuadi pada acara TEDTalk Undip tadi siang yang aku dengar secara langsung. Ya, secara langsung... Kalau ada dari kalian yang sempat membaca blog ku di bulan Januari lalu (sila baca jika ada yang belum atau ingin membaca ulang TEDxJakarta2022  ), maka kalian tau kalau aku sudah sempat menuliskan hal itu, bahwa aku sangat ingin untuk bisa "suatu saat nanti" hadir dan mendengarkan secara langsung cerita-cerita inspiratif dari para speaker di TEDTalk, karna waktu itu aku baru berkesempatan untuk hadir sebagai audience tapi masih secara daring. Dan, sepertinya apa yang dikatakan oleh A.Fuadi itu memang benar adanya, nyatanya hari ini Minggu 18 Desember 2022, aku yang tentu saja atas bantuan semesta berhasil mewujudkan satu keinginan kecil t