Langsung ke konten utama

Biji Kesedihan, dan puisi lainnya



Sumber gambar : Pinterest

 Biji Kesedihan

Kita lempar biji kesedihan ke dalam jurang

Mendoakannya tumbuh menjadi pohon ketegaran

        Berharap alam merawatnya dengan sukarela

        Berharap waktu menjelma hara

        Berharap musim menjelma air

        Dan matahari sebagaimana dia menyinari

Tumbuhlah biji-biji duka dan luka, berubahlah  jadi pohon cinta dan kekuatan

Sampai akhirnya takdir, mengumpulkan kita di taman tuk memanen buah kerinduan 


 Kecil

Mengapa memilih menjadi besar
Jikalau hanya untuk melihat yang lain sebagai kecil

Maka biarlah ku tetap menjadi kecil
Agar dapat memandang dunia dengan kagum yang besar



Negeri Kaya SDM (Sumber Daya Materi Stand Up Comedy)


Walau ada yang diam-diam merenggut / mencari celah-celah ribut di antara buih yang sibuk
- sibuk memikirkan yang naik, naik, dan naik // Ah, bilang saja "ini semua adalah jalan terbaik"
dan jangan lupa ucapkan "selamat ulang tahun ya cantik" / "tak usah hirau gema-gema di luar..."
kirim saja berita cinta segitiga dan pemuda pencuri data / lalu lihat komedi putar berjalan lagi
"tak usah takut cantik", penjual dagangan daging bulat sudah siap berkeliling menjajakan kuah pada perut-perut lapar yang jengah, yang putus asa karna takdirnya hidup di negeri yang kaya...
...kaya sumber daya materi, stand up comedy....// yang memperbolehkan kita tertawa dengan syarat tutup mulut, mata, dan telinga


 Yang Ku Temui Dalam Puisi

apa daya dalam puisi ?

yang ku temui hanya duka

yang ku temui hanya kecewa

yang ku temui hanya air mata

walau sesekali aku lihat cinta

- namun lekas sirna dibanding abadi,

karna yang abadi ialah puisi,

dan puisi hanyalah kerumanan kata yang sepi,

- sepi dan duka lagi, dan kecewa lagi, 

hingga air mata kering di pipi


 Sepulang

Pada jalan aspal yang panjang aku bergumam
Di antara antrean roda-roda bermotor dan detik jam setengah enam
Ku harap jalan ini lebih panjang lagi
Agar derai air mata ini bisa ku seka lagi


Romansa, tiada

tiada romansa,

saat langit biru dan awan putih senantiasa bersama.


tiada romansa,

saat bunga di beranda bercengkrama dengan para serangga.


tiada romansa,

saat teh hangat manis dalam gelas disajikan oleh ibunda.


tiada romansa

jika memang tidak ada di sana

cukup romansa -

.... ialah langit biru, dan bunga, dan ibunda.

tapi apakah kau miliki ketiganya ?



Mengamati Pohon

Amati,
Bagaimana pohon tumbuh ?, tumbuh dengan kuat 
Dibiarkannya gugur bergantian daun-daun yang mulai coklat
Ditunggunya yang baru kuncup hingga hijau pekat
Kuat ia dalam melepas, kuat ia dalam menunggu

Amati,
Bagaimana pohon hidup ?, hidup dengan lambat
Ditemaninya sekeliling yang bergerak cepat
Diteduhkannya semua yang penat
Lambat dia menemani sepanjang usia
Teduh dia beri dari rimbun dahan-dahannya



Lebih Dari

Puisi hanya sekedar puisi,

Jika hanya dibaca, tanpa dirasa

Pun,

Puisi lebih dari hanya puisi,

Saat yang dipunya melampaui kata,

Tapi keberanian terbatas pada ketik atau pena


Ptak Umpt

Entah bersembunyi dari siapa
Entah lari dari apa
Seolah tak ingin ada yang tau
Seolah tak ingin ada yang lihat
Entah seolah atau memang begitu adanya



Men Sana

Jika yang sepantasnya datang kepada hidup
Maka dia tak akan sulit untuk dihirup
Sebagaimana oksigen kepada alveoli
Tidak akan sukar menyerap dalam nadi
Bersabarlah seperti pituitari
Barangkali waktunya sedikit lagi
Untuk lepas semua yang berat
Untuk berhenti semua yang penat
Untuk hidup dalam jiwa yang sehat


/

Epilog : Beberapa puisi sudah ada di note handphone berbulan-bulan lalu, dan sisanya tiba-tiba terlintas dipikiran saat diperjalanan pulang sore ini.


aem, 14 September 2022




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perlahan dan Puisi Lainnya

https://id.pinterest.com/pin/339951471885217465/ 1. perlahan ia pudar perlahan ia hambar perlahan ia jauh perlahan ia asing perlahan ia layu perlahan ia tumbang perlahan ia surut perlahan ia padam perlahan ia sepi  -lagi seperti sedia kala tanpa dan tiada hanya ada tanya tentang mengapa dan- apakah semua akan berujung sia-sia semata / https://id.pinterest.com/pin/1337074885052673/ 2. jarak yang diberikan oleh waktu meninggalkan tanya dalam kepalaku -bagaimana ? apakah ? oh, entahlah jarak di antara waktu, saat kau menghampiri lalu pergi aku hanya berdiam diri memastikan mentari masih bersinar walau kulitku tak merasa hangatnya dingin dan dingin dari malam semalam / https://id.pinterest.com/pin/844213892663524128/ 3. Jika Aan Mansyur berujar, puisi adalah museum yang lengang maka hari-hariku telah berubah menjadi puisi Namun sepanjang lengang hari ku, kau akan tetap kunanti,  -sebab Jika Sapardi bertanya, "tapi, yang fana adalah waktu bukan?" ku harap dapat menjawabnya dengan

Hobi Kok Jalan Kaki?!

      Satu kalimat pepatah Jawa yang sekarang aku percayai adalah "Trisno jalaran seko kulino" yang artinya  "Cinta datang karena terbiasa". Tapi jangan salah dulu, ini bukan cerita cinta ku terhadap seseorang, melainkan cerita cinta terhadap sebuah kegiatan sederhana, yap "jalan kaki" . Kalau mau dirunut dari jauh maka cerita cinta ini dimulai kurang lebih dari tahun 2015, tahun dimana aku baru masuk SMA. Tapi, karena aku tidak mau terlalu panjang lebar maka kita langsung loncat aja  ke tahun 2018. Tahun 2018 adalah tahun dimana hidup ku berubah, tahun dimana aku pergi jauh untuk merantau. Seperti banyak cerita kehidupan orang-oarang yang merantau dengan segala keterbatasan dan keperihatinan, maka itu juga aku alami. Salah satu keterbatasan yang aku alami adalah hidup tanpa kendaraan pribadi yang  mungkin untuk sebagian orang di zaman yang modern ini adalah sebuah mimpi buruk (hehe maaf kalau lebay) tapi untuk ku tidak ada pilihan lain, toh masih bersyuku

Dia dan Rahasia-rahasia . Sebuah Kumpulan Puisi

  1. Doa Seorang Teman Ah, Tuhan memang paling bisa membuat hambanya berbahagia Entah dengan alasan takdir atau hanya kebetulan semata Doa seorang teman yang ku terima pagi tadi Seperti cepat sekali terkabulnya Seperti kode-kode rahasia yang perlahan terbuka (?) Aku pun tidak tahu pasti Yang ku tahu rasanya seperti kembang api Meledak warna-warni di dalam hati Dari doa seorang teman Semoga kiranya selaras dengan takdir Tuhan 2.  Terima Kasih Aku pernah sekali... menulis puisi seperti ini... tapi sudah lama sekali  Aneh, aku hampir lupa bagaimana itu Hati ini mungkin terlalu lama jadi berdebu, mungkin juga hampir membeku... Tapi yang tak kalah anehnya... sekelebat suaramu hinggap di telinga nyata... setelah sebelumnya hanya maya... Di antara deras hujan sekitar pukul 14.12 di hadapanku kau nyata melintas dan hatiku yang seperempat beku sontak berderu Sudah lama sekali, entah kapan namun hari ini detaknya kembali bahkan tepat di saat 22 usiaku terima kasih untuk itu 3. Taktik Ngawur Susu