Langsung ke konten utama

Aku, Minggu, dan Monolog Bisu

Re-Post #Episode Pembuka


Akankah kita cukup saling tahu dibalik tanda-tanya tak berujung jawab yang aku tinggalkan di hari minggu itu ?. Akankah kita cukup saling mengerti, setelah semua terlewati dan kau seolah memberi arti ?. Aku bertanya seorang diri, sedang kau telah berlari, meninggalkan minggu menuju rabu. Ingin aku lanjutkan cerita dan berharap tertinggal selamanya di hari minggu itu, tapi bukan sendiri, bisakah kau isi sisi dibelakang meja tepat dihadapanku dan bantu aku mengisi cerita di sisa usia yang kuharap terjadi selanjutnya?. Hey ! ya, aku yang mengaharapkan, karna nyatanya kau lah harapan itu yang tak kunjung sadar atas senyum dan tatap harap mataku. Dan kau, yang kutemui lagi di pagi hari senin setelah minggu kita berpisah arah, tidakkah kau ingin menyapaku selayaknya pada sabtu dan minggu ?. Lagi, harapku meninggi, ku ramal jika kau juga mau, hanya saja ragu. Benar begitu bukan tuan minggu ku ? Lalu hilang, sapa itu benar semu. Kita tersihir membeku, melewati satu sama lain tanpa kata,tanpa sapa dan tampaknya kita telah saling sepakat tanpa ucap, untuk memupuk ragu saling memanggil walau sekedar kata "hai". Dan hari senin begitu terasa singkatnya, kau pergi entah kemana, aku mencari. Semoga bertemu lagi di selasa pagi.



Lanjut Episode 1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perlahan dan Puisi Lainnya

https://id.pinterest.com/pin/339951471885217465/ 1. perlahan ia pudar perlahan ia hambar perlahan ia jauh perlahan ia asing perlahan ia layu perlahan ia tumbang perlahan ia surut perlahan ia padam perlahan ia sepi  -lagi seperti sedia kala tanpa dan tiada hanya ada tanya tentang mengapa dan- apakah semua akan berujung sia-sia semata / https://id.pinterest.com/pin/1337074885052673/ 2. jarak yang diberikan oleh waktu meninggalkan tanya dalam kepalaku -bagaimana ? apakah ? oh, entahlah jarak di antara waktu, saat kau menghampiri lalu pergi aku hanya berdiam diri memastikan mentari masih bersinar walau kulitku tak merasa hangatnya dingin dan dingin dari malam semalam / https://id.pinterest.com/pin/844213892663524128/ 3. Jika Aan Mansyur berujar, puisi adalah museum yang lengang maka hari-hariku telah berubah menjadi puisi Namun sepanjang lengang hari ku, kau akan tetap kunanti,  -sebab Jika Sapardi bertanya, "tapi, yang fana adalah waktu bukan?" ku harap dapat menjawabnya dengan

Hobi Kok Jalan Kaki?!

      Satu kalimat pepatah Jawa yang sekarang aku percayai adalah "Trisno jalaran seko kulino" yang artinya  "Cinta datang karena terbiasa". Tapi jangan salah dulu, ini bukan cerita cinta ku terhadap seseorang, melainkan cerita cinta terhadap sebuah kegiatan sederhana, yap "jalan kaki" . Kalau mau dirunut dari jauh maka cerita cinta ini dimulai kurang lebih dari tahun 2015, tahun dimana aku baru masuk SMA. Tapi, karena aku tidak mau terlalu panjang lebar maka kita langsung loncat aja  ke tahun 2018. Tahun 2018 adalah tahun dimana hidup ku berubah, tahun dimana aku pergi jauh untuk merantau. Seperti banyak cerita kehidupan orang-oarang yang merantau dengan segala keterbatasan dan keperihatinan, maka itu juga aku alami. Salah satu keterbatasan yang aku alami adalah hidup tanpa kendaraan pribadi yang  mungkin untuk sebagian orang di zaman yang modern ini adalah sebuah mimpi buruk (hehe maaf kalau lebay) tapi untuk ku tidak ada pilihan lain, toh masih bersyuku

Puisi Kabut, dan Dalam Dunia

1. Dalam Dunia Dalam dunia Riuh gemuruh, suara-suara bising melengking Candu beradu bak serdadu Kelam dalam diam yang suram Bingung linglung, merebah rasa lelah di malam kelam Berkisah rasa lara hingga lega,  Lupa pernah berjumpa Dulu selalu berjuang agar berpeluang Kini nurani ingin mendingin mati Siapa kira kita di antara samudera Berjelaga jiwa-jiwa hampa Sampai kini hati menanti Sampaikah langkah pada kisah yang indah 2. Kabut Dalam perjalanan mendaki Adakalanya kabut menghalangi jalan Kompas tak berfungsi Teman seperjalanan dehidrasi Lalu kita memaksa terus naik Yang ada justru lelah Perasaan hampir menyerah Seperti hilang arah Padahal kita tahu Yang perlu kita lakukan saat itu hanyalah Hanyalah berhenti, berpikir sejenak Melihat sekitar, berbagi minum bertukar haus dengan teman Memperbaiki kompas sebisanya Mengenal pertanda pertana Lalu mengambil langkah setapak bijaksana aem, 15 Juli 2023