Langsung ke konten utama

AKU, MINGGU, DAN MONOLOG BISU EP.5

 #Episode 5 Halu-Halu Sabtu


Dari sepulang makan mie ayam , aku tidak habis-habisnya senyum-senyum sendiri , saking bahagianya aku putar semua lagu bertema cinta , lagu-lagu jatuh cinta , dari mulai lagu Yura hingga Raisa, dan yang paling sering terulang adalah lagu Halu.

"...dihampiri seribu ragu hanya membisu.

Senyuman mu , yang indah bagaikan candu 

ingin trus ku lihat walau dari jauh

sekarang aku pun sadari semua khayal ...."


Ya khayal....lagu Febby Putri tak henti-henti berputar sampai malam ini , sudah seperti Original Soundtrack untuk hidup ku akhir-akhir ini. Kalau begitu apakah secara tidak langsung aku telah mengakui bahwa aku hanya halu atau berhalusinasi ? lalu aku mencoba memanipulasi bahwa yang salah adalah dia , padahal dia jelas-jelas tidak tahu apa-apa. Ya, walaupun tetap saja sikapnya yang sangat frindly  itu juga yang membuat ku seperti ini. Huft sekali-kali urusan perasaan memang tanggungan diri sendiri. 


Memikirkan hal ini , yang awalnya aku tersipu malu terbawa suasana lagu , sekarang malah berubah sendu. Semakin tak karuan saja , aku bingung sangat-sangat bingung. Kenapa bisa secepat ini aku merasakan hal yang bahkan sebenarnya aku belum berani menjalaninya dan kenapa juga bisa secepat ini perasaan-perasaan ku berubah. Apa perasaan ini hanya sebuah euforia? atau benar apa yang dibilang Febby dalam lagunya Sekarang aku pun sadari semua hanya mimpiku yang berkhayalah kan bisa bersamamu.....


Duh , aku ini kenapa. ah sudah tidur saja.....


****


"jam berapa?" pertanyaan yang keluar sektika saat aku tiba-tiba terbangun dari mimpi yang harusnya disebut sebagai mimpi indah. Di dalam mimpi ku itu, dia ada bersama ku, entah kami seperti sedang ada di sebuah toko atau tempat makan, aku tidak yakin tapi yang aku ingat jelas adalah apa yang dia ucapkan dalam mimpi ku itu "maafkan pacar saya yang tolol ini" sambil tertawa kecil yang membuat mata sipitnya hilang. Duh gemas sekali apabila sebuah kenyataan, bahkan aku tidak masalah disebut tolol. Tapi , anehnya kenapa aku terbangun justru seperti baru saja melewati mimpi buruk? Seperti terengah-engah sehabis berkejaran dengah hantu , ya dia juga perisis hantu sih di kepala ku selama ini tapi, ya kalian taulah maksudku. Omong-omong aku terbangun jam 03.23 dini hari. Masih sangat larut untuk ku , tapi apakah ini pertanda aku harus beroda ? aku pun beranjak dari tempat tidur , menuju kamar mandi untuk bersuci dan segera berdoa , semoga saja setelah ini kecemasan dan kesenduan yang aku tidak paham sejak tadi malam ini bisa sirna.

****

Alarm normal ku berbunyi , pukul 05.00 pagi. Setelah kewajiban sebagai seorang hamba tunai , aku membuka jendela kamar supaya angin pagi bisa masuk , dan ternyata lebih dari itu. Tidak hanya angin pagi yang bertiup lembut memenuhi kamar tapi juga cahaya keemasan matahari yang baru bangun menembus ruang kamar ku. Seketika aku merasa seperti doa ku tadi malam terwujud. Hati ku terasa tenang. Terlintas sebuah ide baru, yang mungkin bisa jadi sebuah "jawaban". Aku namai ide tersebut dengan rencana untuk tuan Minggu.


bersambung Episode 6

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perlahan dan Puisi Lainnya

https://id.pinterest.com/pin/339951471885217465/ 1. perlahan ia pudar perlahan ia hambar perlahan ia jauh perlahan ia asing perlahan ia layu perlahan ia tumbang perlahan ia surut perlahan ia padam perlahan ia sepi  -lagi seperti sedia kala tanpa dan tiada hanya ada tanya tentang mengapa dan- apakah semua akan berujung sia-sia semata / https://id.pinterest.com/pin/1337074885052673/ 2. jarak yang diberikan oleh waktu meninggalkan tanya dalam kepalaku -bagaimana ? apakah ? oh, entahlah jarak di antara waktu, saat kau menghampiri lalu pergi aku hanya berdiam diri memastikan mentari masih bersinar walau kulitku tak merasa hangatnya dingin dan dingin dari malam semalam / https://id.pinterest.com/pin/844213892663524128/ 3. Jika Aan Mansyur berujar, puisi adalah museum yang lengang maka hari-hariku telah berubah menjadi puisi Namun sepanjang lengang hari ku, kau akan tetap kunanti,  -sebab Jika Sapardi bertanya, "tapi, yang fana adalah waktu bukan?" ku harap dapat menjawabnya dengan

Puisi Kabut, dan Dalam Dunia

1. Dalam Dunia Dalam dunia Riuh gemuruh, suara-suara bising melengking Candu beradu bak serdadu Kelam dalam diam yang suram Bingung linglung, merebah rasa lelah di malam kelam Berkisah rasa lara hingga lega,  Lupa pernah berjumpa Dulu selalu berjuang agar berpeluang Kini nurani ingin mendingin mati Siapa kira kita di antara samudera Berjelaga jiwa-jiwa hampa Sampai kini hati menanti Sampaikah langkah pada kisah yang indah 2. Kabut Dalam perjalanan mendaki Adakalanya kabut menghalangi jalan Kompas tak berfungsi Teman seperjalanan dehidrasi Lalu kita memaksa terus naik Yang ada justru lelah Perasaan hampir menyerah Seperti hilang arah Padahal kita tahu Yang perlu kita lakukan saat itu hanyalah Hanyalah berhenti, berpikir sejenak Melihat sekitar, berbagi minum bertukar haus dengan teman Memperbaiki kompas sebisanya Mengenal pertanda pertana Lalu mengambil langkah setapak bijaksana aem, 15 Juli 2023

Hobi Kok Jalan Kaki?!

      Satu kalimat pepatah Jawa yang sekarang aku percayai adalah "Trisno jalaran seko kulino" yang artinya  "Cinta datang karena terbiasa". Tapi jangan salah dulu, ini bukan cerita cinta ku terhadap seseorang, melainkan cerita cinta terhadap sebuah kegiatan sederhana, yap "jalan kaki" . Kalau mau dirunut dari jauh maka cerita cinta ini dimulai kurang lebih dari tahun 2015, tahun dimana aku baru masuk SMA. Tapi, karena aku tidak mau terlalu panjang lebar maka kita langsung loncat aja  ke tahun 2018. Tahun 2018 adalah tahun dimana hidup ku berubah, tahun dimana aku pergi jauh untuk merantau. Seperti banyak cerita kehidupan orang-oarang yang merantau dengan segala keterbatasan dan keperihatinan, maka itu juga aku alami. Salah satu keterbatasan yang aku alami adalah hidup tanpa kendaraan pribadi yang  mungkin untuk sebagian orang di zaman yang modern ini adalah sebuah mimpi buruk (hehe maaf kalau lebay) tapi untuk ku tidak ada pilihan lain, toh masih bersyuku